Selasa, 27 Januari 2015

Melatih Kemampuan Berbicara Di Depan Publik

Melatih Kemampuan Berbicara Di Depan Publik
2009 NOVEMBER 11
by Muhammad Noer
Banyak orang merasa kesulitan jika harus berbicara di depan publik. Ada yang merasa tegang, ada pula yang kurang pede. Tak jarang seseorang berusaha menghindari jika harus tampil dan berbicara di depan publik. Sebegitu sulitkah berbicara di depan umum atau apakah keterampilan tersebut bisa dilatih?
Sedikit cerita pribadi, saya dulunya adalah orang yang sangat malu dan gugup jika harus berbicara di depan publik. Tak jarang saya lupa apa yang harus dikatakan. Namun setelah melatih diri dengan cara-cara sederhana dalam keseharian, sekarang saya merasa mantap jika harus berbicara di depan publik, bahkan jika harus diminta secara mendadak atau impromptu. Apa rahasianya?
Berikut beberapa tips untuk melatih kemampuan berbicara di depan publik yang sebagian merupakan pengalaman pribadi saya:
1. Manfaatkan kesempatan berbicara di mana saja
Keterampilan berbicara di depan publik sangat tergantung jam terbang. Semakin sering dipraktekkan, akan semakin dikuasai dan lebih nyaman dilakukan. Karena itu, jangan sia-siakan tiap kali Anda memiliki kesempatan berbicara. Apakah diminta memberikan sambutan, memberi komentar, pidato singkat dan lain-lain. Gunakan kesempatan tersebut dan latih kemampuan Anda. Tidak peduli apakah Anda menjadi gugup atau berkeringat. Abaikanlah semua ketakutan dan kekhawatiran. Dalam proses tersebut memang diperlukan situasi ketegangan sampai Anda bisa menyelesaikannya dengan cara menjalani segala kekhawatiran tersebut.
2. Gunakan pertanyaan
Salah satu cara yang saya gunakan adalah memaksakan diri untuk membuat minimal 1 pertanyaan setiap kali saya berada di sebuah forum. Apakah forum itu sebuah training, workshop, meeting atau sekedar diskusi santai, manfaatkanlah dan gunakan untuk mengajukan pertanyaan. Ini melatih keberanian sekaligus kemampuan merangkai kata untuk menciptakan pertanyaan yang baik dan berkualitas. Mungkin pada awalnya Anda berpikir saya tidak punya hal yang ingin ditanyakan. Maka paksakanlah dan Anda akan terbiasa untuk menjadi orang yang aktif dalam setiap forum tanpa harus menjadi dominan. Ingat, tidak ada pertanyaan yang bodoh, jadi jangan pernah malu untuk bertanya.

3. Refleksi dan Resitasi
Setiap kali Anda selesai mengerjakan suatu hal, coba refleksikan dengan berbicara sendiri kepada diri Anda sendiri. Dengan cara ini Anda mencoba menerjemahkan apa-apa yang ada dalam pikiran menjadi kata-kata yang harus dikomunikasikan. Proses ini juga mirip dengan melakukan resitasi atau proses pengulangan setelah Anda selesai membaca sebuah buku. Coba ceritakan kepada diri Anda sendiri apa isi buku tersebut. Anda akan melatih kemampuan berbahasa lisan.
4. Latih Vokal
Melatih vokal dapat dilakukan ketika Anda sedang sendiri dalam ruangan, di depan kaca, atau bahkan di kamar mandi. Ucapkan kata-kata seolah-olah Anda sedang berbicara di depan orang banyak. Bayangkan ada banyak mata yang memperhatikan Anda. Rasakan kekuatan dari vokal Anda, intonasi yang digunakan, cepat lambatnya suatu kata diucapkan dan seterusnya. Melatih vokal di sini mirip seperti orang berlatih bernyanyi. Anda melatih membunyikan kata dengan benar, dengan intonasi suara yang tepat dan dengan volume yang jelas di dengar tanpa harus terkesan berteriak.
5. Biasakan berbahasa yang baik dan benar
Dalam berbicara, ada kalanya kita memakai bahasa slang atau bahasa pergaulan yang akrab. Ini merupakan hal yang biasa dilakukan jika berbicara dengan teman akrab. Namun saya juga menyarankan agar Anda membiasakan berbahasa yang baik dan benar, terutama ketika berbicara dengan orang lain. Dengan membiasakan berbahasa yang baik dan benar, secara natural Anda akan menjadi pembicara alami yang tutur katanya teratur, pilihan kalimatnya pas, alur bicaranya terstruktur dan mudah dimengerti. Dengan demikian, setiap ada kesempatan apapun untuk berbicara di depan umum, secara otomatis Anda dengan mudah dapat melakukannya tanpa harus melakukan persiapan yang banyak.
Demikian beberapa tips sederhana yang dapat membantu Anda melatih kemampuan berbicara di depan umum. Ingat, practice makes perfect. Kemampuan berbicara di depan publik tidak dimiliki secara tiba-tiba. Anda harus melatihnya, mempraktekkannya, dan terus mengasahnya sampai akhirnya secara alami menjadi pembicara publik yang baik. Selamat mencoba.
Tujuh Tips Belajar Menulis Ala Jurnalis
2011 JUNE 6
by Muhammad Noer
Description: Kalimat Jurnalistik
Menulis pekerjaan yang gampang-gampang susah. Gampang karena tinggal menuliskan apa yang terlintas di kepala Anda. Susah untuk menjadikannya menarik dan mudah dibaca.
Terus terang saya tidak pernah belajar menulis secara khusus. Apalagi ikut kelas penulisan atau sejenisnya. Ilmu yang saya pakai sederhana. Biarkan ide mengalir lalu tuliskan segera. Bahasa kerennya, keep your hand moving.
Walaupun demikian, semakin sering menulis, Anda akan menyadari perbedaan antara tulisan berkualitas dan tidak. Anda juga mulai bisa membedakan dengan jelas mana tulisan yang mudah dimengerti dan mana yang harus mengernyitkan dahi.
Beruntung saya menemukan buku“Kalimat Jurnalistik – Panduan Mencermati Penulisan Berita” karanganA. M. Dewabrata, seorang mantan redaktur senior koran Kompas. Tulisan beliau membuka wawasan baru buat saya terutama memahami mengapa berita atau artikel di media massa ditulis dengan prinsip-prinsip dasar tertentu.
Meskipun buku ini sangat dekat dengan penulisan berita yang menjadi sarapan sehari-hari para jurnalis, namun saya merasakan sangat aplikatif dan bisa diterapkan dalam bentuk tulisan lainnya. Termasuk buat Anda yang suka menulis blog.
Berikut intisari buku tersebut dalam 7 poin utama:
1. Kalimat Harus Jernih dan Komunikatif
Sebuah tulisan terutama yang bersifat berita haruslah jernih sekaligus komunikatif. Jernih dalam arti mudah dipahami dan tidak menimbulkan multi tafsir. Komunikatif dalam arti mampu berbicara kepada pembaca yang tidak menyaksikan langsung sebuah kejadian.
Karena itu, tulisan harus dibuat runtut, sesuai nalar, dan menggunakan bahasa yang lazim dipakai masyarakat banyak. Dengan cara tersebut, pembaca akan mudah mengerti dan mengambil kesimpulan dari berita/artikel/tulisan yang dibaca. Termasuk di dalamnya menggunakan kalimat yang singkat dan efektif.

2. Susunan Kalimat Tidak Harus Teratur
Masih ingat dengan pelajaran bahasa Indonesia dulu? Salah satu bagian yang paling saya ingat adalah struktur S-P-O-K (Subjek, Predikat, Objek, Keterangan). Inilah susunan baku dalam bahasa kebanggaan kita.
Walaupun demikian, sebuah tulisan jurnalistik boleh mengabaikan susunan tersebut. Ini dilakukan dengan alasan utama untuk menjernihkan maksud dari sebuah kalimat.
Jika kalimat hanya sesederhana “Saya membeli buku di pasar.” tentu tidak sulit memahaminya. Akan tetapi jika sudah beranak cucu bahkan cicit akan sulit dipahami pembaca.
Salah satu tips penting adalah menempatkan keterangan dekat dengan yang diterangkan. Atau Anda juga bisa mengubah posisi keterangan di depan.
Berikut contoh yang saya kutip dari buku tersebut: “Saya dan sanak saudara dari ibuku membersihkan kebun dari pagi hingga siang sedangkan adikku bersama teman-temannya dari Akademi Perhotelan Alengkadiraja makan nasi goreng dan minum sirup jambu kemarin di rumah nenek dekat warung Nyak Arum.”
Perhatikan bahwa “kemarin” dan “di rumah nenek dekat warung Nyak Arum” adalah keterangan waktu dan keterangan tempat yang berfungsi menjelaskan seluruh kejadian. Namun kalimat tersebut berpotensi salah tafsir ketika pembaca mengira hanya “adikku bersama teman-temannya yang berada di rumah nenek”. Sedangkan “saya dan sanak saudara membersihkan kebun entah di mana.”
Secara sederhana kalimat tadi bisa diperbaiki:
“Kemarin, di rumah nenek dekat warung Nyak Arum, Saya dan sanak saudara dari ibuku membersihkan kebun dari pagi hingga siang sedangkan adikku bersama teman-temannya dari Akademi Perhotelan Alengkadiraja makan nasi goreng dan minum sirup jambu.”
Kemungkinan pembaca tersesat menjadi lebih kecil. Dengan mudah pembaca akan mengetahui bahwa kemarin di rumah nenek yang kebetulan dekat warung Nyak Arum ada dua kejadian. Kejadian pertama saya membersihkan kebun bersama saudara. Dan kejadian kedua adikku makan nasi goreng dan minum sirup jambu bersama temannya.

3. Sesuai Nalar dan Logika
Membaca adalah proses mencerna dan memahami. Terdapat nalar dan logika di sana. Seorang penulis yang baik akan membuat tulisan yang sesuai nalar dan logika. Diantaranya adalah hubungan sebab akibat yang secara langsung atau tidak langsung terdapat dalam sebuah kalimat.
Perhatikan contoh berikut: “Politisi sipil sekarang banyak yang mengincar militer untuk dicalonkan menjadi kandidat presiden. Ini membuktikan gagalnya pemerintahan sipil.”
Kalimat pertama mungkin sudah benar. Tapi kalimat kedua terasa tidak “nyambung”. Apakah banyaknya calon dari militer mengindikasikan gagalnya pemerintahan sipil? Belum tentu. Bisa ya, bisa tidak. Ada logika yang tidak lengkap di sana.

4. Akurasi
Sebuah tulisan harus akurat, terlebih jika menulis berita yang dijadikan rujukan banyak pembaca. Bayangkan jika Anda menulis berisi fakta yang salah, maka kredibilitas akan dipertaruhkan.
Tidak hanya itu, fakta yang tidak akurat bisa membuat informasi dipahami dengan keliru. Akibatnya sebuah berita bukannya menjernihkan permasalahan, malah membuat semakin keruh.
Jadi, jika Anda menulis menggunakan fakta dan data, pastikan terlebih dahulu kebenarannya. Jika ragu, konsultasikan kepada pemilik fakta dan data.
Jangan lupa berikan atribusi kepada sumber berita agar pembaca mengetahui siapa yang mengatakan dan dalam konteks apa dikatakan. Ini penting untuk menjadi penulis yang bertanggung-jawab.
Termasuk jika Anda mengutip dari buku atau blog lain, cantumkan sumber rujukan yang dipakai.

5. Hukum DM dan MD
Masih ingat pelajaran ini? Diterangkan-Menerangkan atau Menerangkan-Diterangkan? Secara umum bahasa Indonesia menggunakan pola Diterangkan Menerangkan. Frasa “rumah makan” adalah rumah tempat orang makan. “Rumah” adalah kata yang diterangkan sedangkan “makan” berfungsi menerangkan rumah seperti apa yang dimaksud.
Namun dalam kalimat tulisan dan berita hukum DM bisa lebih rumit ketika yang bergabung tidak hanya kata+kata seperti contoh di atas. Bisa juga yang terjadi adalah kata+frasa, kata+klausa, frasa+frasa, klausa+klausa, atau kombinasi lainnya.
Ketika ini terjadi maka tak jarang pembaca menjadi tersesat dalam sebuah kalimat. Untuk itu tempatkanlah sesuatu yang menerangkan dekat dengan yang diterangkan.
Jika perlu, tempatkan yang menerangkan di depan yang diterangkan jika hal tersebut menghindari kerancuan.

6. Gunakan Kata “Kecuali” dan “Tidak” Secara Tepat
Kata “kecuali” berfungsi menyisihkan sesuatu dari kelompok. Sedangkan kata “tidak” berfungsi menegasikan sesuatu.
Perhatikan contoh sederhana berikut:
“Saya bersedia kau ajak ke mana saja, kecuali ke tempat judi.”
“Kecuali ke tempat judi, saya bersedia kau ajak ke mana saja.”
Kedua kalimat bisa dipakai dan mudah dipahami. Akan tetapi secara kejernihan, kalimat kedua lebih baik. Alasannya, pada bagian pertama kalimat disebutkan saya bersedia diajak ke mana saja. Ini menunjukkan sebuah cakupan. Kemudian dikecualikan tempat judi. Dengan demikian seolah-olah saya mau kemanapun, lalu dikecualikan tempat tertentu.
Pada kalimat kedua sesuatu yang dikecualikan sudah disisihkan di awal. Kemudian sisanya baru menyebutkan kesediaan untuk kemana saja selain yang sudah disisihkan di awal tadi.
Perhatikan contoh berikutnya:
“Saya tidak suka naik mobil sedan berwarna merah.”
Sepertinya kalimat tersebut mudah. Namun bisa menciptakan multi interpretasi:
Saya tidak suka naik mobil sedan, tapi mau naik mobil jenis lainnya.
Saya hanya tidak suka naik mobil sedan yang berwarna merah, tapi mau naik sedan yang berwarna lain.
Untuk itu tempatkan kata “tidak” sedekat mungkin dengan yang dinegasikan. Prinsip umum kata “tidak” atau “bukan” menegasikan sesuatu yang terdekat setelah kata itu.
Kalimat di atas bisa diperbaiki sesuai maksud sebenarnya yang dikendakai penulis misal:
Saya mau naik mobil bukan sedan berwarna merah (mungkin mau naik truk dan warnanya apa saja).
Saya mau naik mobil sedan bukan berwarna merah (mungkin mau naik sedan berwarna putih atau hitam).

7. Memilih Kata Dengan Luwes
Pemilihan Kata (diksi) sangat penting untuk memberikan “rasa” atas apa yang dituliskan. Dalam konteks penulisan, pemilihan kata didasarkan untuk memperjelas, memperkuat dan membuat efektif apa yang ditulis. Pemilihan kata sebaiknya juga sesuai dengan nalar umum.
Oleh karena itu frasa “tambah pendek” kurang pas dengan nalar. Bagaimana mungkin sesuatu yang bertambah menjadi pendek bukannya panjang? Frasa makin pendek atau memendek akan lebih tepat.
Kata “mengatakan” memiliki padanan diantaranya: menyebutkan, menyampaikan, mengungkapkan, menjawab, menyatakan, membenarkan, menegaskan dan sebagainya. Lalu mana yang harus dipilih?
Pilihlah yang memiliki makna paling dekat. Jika yang dikatakan bersifat memperkuat apa yang sudah diketahui sebelumnya, bisa menggunakan kata “menegaskan”.
Jika sesuatu yang dikatakan mengangkat ke permukaan apa-apa yang sudah dilupakan atau diabaikan orang, maka pilihlah “mengungkapkan”.
Jika yang dikatakan berupa jawaban atas sebuah pertanyaan, gunakan kata “menjawab”.
Dengan cara ini, pembaca akan dapat menangkap lebih jelas pesan yang dimaksud seorang penulis.

Penutup
Itulah tujuh poin menulis ala jurnalis yang dapat Anda pelajari dari buku Kalimat Jurnalistik. Ada banyak pelajaran berharga dari buku tersebut yang bisa Anda pelajari untuk menulis lebih baik dan lebih jernih.
Semoga bermanfaat buat Anda semua para jurnalis, penulis, blogger dan pembaca di manapun berada. Mari jadikan setiap tulisan lebih jernih dan bermakna.
Keep Your Hand Moving
2011 MAY 9
by Muhammad Noer
Description: keep-your-hand-moving-book
Menulis itu mudah. Karena itu jangan dibuat susah. Lantas, mengapa banyak orang kesulitan merangkai kata menjadi tulisan bermutu? Inilah yang dibahas dalam buku panduan menulis karya Anwar Holid, seorang penyunting, penulis, publisis sekaligus blogger. Resepnya simpel, just Keep Your Hand Moving.
Sejak beberapa bulan lalu saya sudah berniat membaca buku ini. Saya perlu memoles keterampilan menulis. Terutama bagaimana membuat tulisan terasa renyah, menghibur, sekaligus memberi makna bagi pembaca. Akhirnya niat itu kesampaian setelah berkunjung ke toko buku Toga Mas Surabaya dan membacanya di Minggu sore yang tenang. Saya ingin berbagi pelajaran yang saya dapatkan dari buku tersebut.
Apa yang dibahas buku ini?
Buku Keep Your Hand Moving terbitan Gramedia ini memberikan Anda panduan menulis, mengedit dan memolesnya. Buku ini lahir dari keinginan berbagi ilmu kepenulisan. Lewat serangkaian workshop yang pernah dilakukan sebelumnya, penulis merangkum dan meraciknya ke dalam buku setebal 160 halaman. Anda akan belajar bagaimana menuangkan ide menjadi tulisan, mengeditnya agar lebih baik, dan memolesnya sehingga nikmat dibaca.
Buku ini sangat berguna bagi penulis pemula terutama jika Anda belum memahami kaidah menulis yang baik. Buat Anda yang sudah berpengalaman akan terbantu bagaimana melakukan editing, revisi dan memoles tulisan. Sebagai seorang penulis, Anda diajak belajar memahami jalan pikiran seorang editor buku. Dengan demikian, Anda bisa bersahabat dengan masukan-masukan editor sekaligus menjadikan buku yang susah payah Anda tuliskan menjadi mantap dibaca.
Lantas, apa saja yang saya pelajari dari buku ini?
Berikut catatan ringkas buat Anda:
1. Biasakan menulis
Ini akan melemaskan saraf menulis Anda. Jangan takut tulisan Anda jelek. Anda bisa mengeditnya nanti. Ikuti saran Natalie Goldberg, pelopor Creative Writing, biarkan tangan Anda menulis. Jangan terlalu banyak dipikir atau dikritisi. Jangan biarkan ide Anda mati sebelum berkembang.

2. Sediakan waktu
Banyak orang bercita-cita ingin menulis, tapi tidak berusaha menyediakan waktu untuk itu. Pilih waktu yang paling nyaman buat Anda lalu menulislah. Ciptakan waktu terbaik apakah pagi hari, tengah malam atau bisa juga di siang bolong.
3. Banyak membaca dan belajar
Membaca merupakan langkah awal sebelum menulis. Sebagian pembaca menulis dan semua penulis pasti membaca. Bacalah buku-buku yang menarik perhatian Anda. Sesekali baca buku dari subjek yang berbeda untuk memperkaya wawasan. Membaca membantu Anda mengembangkan ide dan memperkuat imajinasi. Anda juga bisa meniru penulis favorit yang Anda sukai sekaligus mencontoh gaya mereka. Perlahan tapi pasti Anda akan punya gaya sendiri yang unik.
4. Kuasai kaidah dasar penulisan
Sebagai penulis, tentu Anda bebas menuliskan apa saja. Namun jika Anda ingin menjadi penulis berkualitas, kuasai dasar-dasar penting penulisan. Beberapa diantaranya: gunakan ejaan yang baik (EYD), pastikan koherensi antar kalimat, ciptakan kesatuan ide, dan buat tulisan mudah dicerna pembaca.
5. Buat tulisan bernyawa
Tulisan hebat memiliki nyawa. Tulisan tersebut seolah-olah hidup. Bisa dibayangkan sekaligus dirasakan. Salah satu caranya, miliki hasrat yang kuat ketika menulis. Manfaatkan ciri khas dan keahlian Anda yang tidak dimiliki orang lain. Pilih kata yang kuat, jelas, dan menarik. Gunakan kamus atau tesaurus untuk menuturkan hal yang sama dengan cara berbeda. Masih bingung bagaimana cara membuat tulisan bernyawa? Baca kembali buku favorit Anda dan rasakan apa yang menjadi ciri khas dan daya tarik buku tersebut.
6. Edit tulisan
Banyak penulis jarang mengedit kembali apa yang sudah ditulisnya. Sedikit buka rahasia, sebenarnya saya sering melakukan hal tersebut di blog ini. Soalnya, saya punya target selesai dalam 30 menit atau maksimal 1 jam saja. Ketika mengedit tanyakan pada diri Anda, apakah tulisan tersebut sudah jelas, fokus, dan mudah dimengerti? Apakah paragraf pembuka sudah menarik dan merangsang pembaca untuk menuntaskan keseluruhan tulisan? Apakah ada kata-kata yang salah ketik, kalimat yang terlalu panjang, ide yang tidak koheren satu sama lain? Praktek mengedit yang biasa saya lakukan adalah membiarkan tulisan sekitar seminggu lalu memeriksanya kembali. Ini membantu saya membuat jarak objektif terhadap tulisan sendiri sekaligus menemukan bagian-bagian yang bisa dipercantik. Maklum, banyak penulis suka narsis dan merasa draft pertama sudah hebat.
7. Jika perlu, lakukan revisi
Setelah tulisan selesai dan Anda merasa ada kesalahan fundamental di sana, jangan takut melakukan revisi. Susun ulang kerangka tulisan. Perjelas ide utama dan pesan yang ingin disampaikan. Tidak ada yang salah merevisi tulisan sendiri jika memang itu pilihan terbaik.
8. Terbuka terhadap kritik
Penulis yang baik bersikap terbuka terhadap kritik. Mereka bahkan memintanya. Setelah Anda selesai menulis dan merasa tulisan itu terbaik sedunia, mintalah pendapat orang lain. Tanyakan istri, suami, teman atau pacar Anda. Tanyakan kepada mereka, apa yang perlu saya perbaiki dari tulisan ini? Tegarkan diri Anda untuk menerima kritik paling tajam sekalipun. Berprasangka baik terhadap masukan orang lain dan manfaatkan untuk memoles tulisan Anda.
9. Menulislah
Salah satu nasihat bijak dalam menulis yang selalu saya camkan adalah, just keep writing,menulislah. Semua penulis besar awalnya penulis kecil dan amatiran seperti Anda. Yang berbeda hanya satu: mereka terus menulis dan menulis. Untuk memaksa menulis, sayabelajar mengatasi mood. Jadi tidak peduli apakah sekarang lagi panas terik atau hujan lebat. Juga tidak masalah apakah Anda menulis di ruang kerja yang nyaman, duduk di kafe, atau trotoar pinggir jalan. No excuse.
Itulah beberapa pelajaran berharga dari buku ini


Tidak ada komentar:

Posting Komentar