Selasa, 10 Februari 2015

tempat wisata saik : Carstensz Pyramid, Papua

Carstensz Pyramid, Papua

Carstensz Pyramid gunung beratap salju di Indonesia yang berada di Papua banyak di impikan oleh banyak pendaki untuk bisa menjejakkan kaki di puncaknya. Selain karena dia adalah puncak tertinggi di Indonesia, para pendaki akan menemukan sensasi berbeda yang tidak didapatkan di hampir semua karakter gunung di Indonesia, yakni atapnya Indonesia ini beratapsalju.

Puncak Carstensz Pyramid memiliki ketinggian 4884 M dpl ( 16023 ft ). Lokasi koordinatnya berada pada S 04°04.733 dan E 137°09.572, terletak di sebelah barat Central Highland yang disebut dengan Jayawijaya dan pegunungan Sudirman. Banyak yang mengira bahwa puncak Jayawijaya sama dengan Carstensz Pyramide, padahal kedua puncak ini bersebelahan letaknya.

Pada tahun 1623 Navigator dari Belanda John Carstensz menjadi orang pertama yang membawa kabar ke daratan Eropa tentang adanya puncak es di negara tropis di garis eografis equator Barat Papua Nugini. Hasil laporannya ditanggapi dengan gelak tawa oleh publik pada saat itu. Baru pada tahun 1899, selang 3 abad lamanya ekspedisi Belanda yang sedang membuat peta di situ membenarkan apa yang di sampaikan John Carstensz. Maka namanya di abadikan di situ.
Gunung ini memang terletak di Indonesia, namun pendaki yang menyemarakkan dengan menjelajahi punggungannya kebanyakan malah dari pendaki luar negeri bukan pendaki lokal. Tahukah Anda, setiap tahunnya ada sekitar 200 - 300 pendaki luar negeri yang mengeksplore gunung ini, sementara pendaki Indonesia hanya puluhan orang saja. Memang terlihat aneh, namun inilah faktanya yang terjadi di lapangan. Usut punya usut pendaki lokal terkendala dalam hal perijinan.Untuk mendaki gunung ini ada dua akses, yaitu melalui Freeport dan IlagaGalih Donikara, seorang senior Wanadri menyebutkan untuk mendaki gunung ini harus memiliki rekomendasi dari kantor Menpora, Kapolri, BIA – Intelejen Indonesia, Menhutbun / PKA, PT Freeport Indonesia ( PTFI ). Kalau mau lewat Tembagapura ditambah dari Federasi Panjat Tebing Indonesia ( FPTI ).
Itu semua harus diurus di Jakarta. Lalu di Jayapura, rekomendasi dari Bakorstranasda danKapolda harus dikantongi. Di Timika, rekomendasi EPO dan izin PTFI untuk fasilitas lintasan. ”Terakhir di Tembagapura, koordinasi dengan Emergency Response Group ( ERG ) untuk penanganan Emergency Procedur dan aparat Satgaspam untuk masalah keamanan lintasan,” jelas pendaki gunung yang sempat tergabung dalam ekspedisi Indonesia – Everest ’97 ini.
Tetapi salju ini diperkirakan akan menyusut dan mengering pada tahun 2024, hal ini disebabkan oleh pemanasan global. Perhitungan tersebut didasarkan atas analisis data empiris menggunakan pendekatan linier yang dikerjakan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika. Jadi bukan tidak mungkin suatu saat pegunungan ini akan kehilangan salju seperti yang terjadi di Gunung Kilimanjaro, Afrika.
Anda berminat?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar