Melatih Kemampuan Berbicara Di Depan Publik
2009 NOVEMBER 11
tags: Komunikasi;
Presentasi
by Muhammad Noer
Banyak orang merasa kesulitan jika harus berbicara di depan
publik. Ada yang merasa tegang, ada pula yang kurang pede. Tak jarang seseorang
berusaha menghindari jika harus tampil dan berbicara di depan publik. Sebegitu
sulitkah berbicara di depan umum atau apakah keterampilan tersebut bisa
dilatih?
Sedikit cerita pribadi, saya dulunya adalah orang yang
sangat malu dan gugup jika harus berbicara di depan publik. Tak jarang saya
lupa apa yang harus dikatakan. Namun setelah melatih diri dengan cara-cara
sederhana dalam keseharian, sekarang saya merasa mantap jika harus berbicara di
depan publik, bahkan jika harus diminta secara mendadak atau impromptu. Apa
rahasianya?
Berikut beberapa tips untuk melatih kemampuan berbicara di
depan publik yang sebagian merupakan pengalaman pribadi saya:
1. Manfaatkan kesempatan berbicara di mana saja
Keterampilan berbicara di depan publik sangat tergantung jam
terbang. Semakin sering dipraktekkan, akan semakin dikuasai dan lebih nyaman
dilakukan. Karena itu, jangan sia-siakan tiap kali Anda memiliki kesempatan
berbicara. Apakah diminta memberikan sambutan, memberi komentar, pidato singkat
dan lain-lain. Gunakan kesempatan tersebut dan latih kemampuan Anda. Tidak
peduli apakah Anda menjadi gugup atau berkeringat. Abaikanlah semua ketakutan
dan kekhawatiran. Dalam proses tersebut memang diperlukan situasi ketegangan
sampai Anda bisa menyelesaikannya dengan cara menjalani segala kekhawatiran
tersebut.
2. Gunakan pertanyaan
Salah satu cara yang saya gunakan adalah memaksakan diri
untuk membuat minimal 1 pertanyaan setiap kali saya berada di sebuah forum.
Apakah forum itu sebuah training, workshop, meeting atau sekedar diskusi
santai, manfaatkanlah dan gunakan untuk mengajukan pertanyaan. Ini melatih
keberanian sekaligus kemampuan merangkai kata untuk menciptakan pertanyaan yang
baik dan berkualitas. Mungkin pada awalnya Anda berpikir saya tidak punya hal
yang ingin ditanyakan. Maka paksakanlah dan Anda akan terbiasa untuk menjadi
orang yang aktif dalam setiap forum tanpa harus menjadi dominan. Ingat, tidak
ada pertanyaan yang bodoh, jadi jangan pernah malu untuk bertanya.
3. Refleksi dan Resitasi
Setiap kali Anda selesai mengerjakan suatu hal, coba
refleksikan dengan berbicara sendiri kepada diri Anda sendiri. Dengan cara ini
Anda mencoba menerjemahkan apa-apa yang ada dalam pikiran menjadi kata-kata
yang harus dikomunikasikan. Proses ini juga mirip dengan melakukan resitasi
atau proses pengulangan setelah Anda selesai membaca sebuah buku. Coba
ceritakan kepada diri Anda sendiri apa isi buku tersebut. Anda akan melatih
kemampuan berbahasa lisan.
4. Latih Vokal
Melatih vokal dapat dilakukan ketika Anda sedang sendiri
dalam ruangan, di depan kaca, atau bahkan di kamar mandi. Ucapkan kata-kata
seolah-olah Anda sedang berbicara di depan orang banyak. Bayangkan ada banyak
mata yang memperhatikan Anda. Rasakan kekuatan dari vokal Anda, intonasi yang
digunakan, cepat lambatnya suatu kata diucapkan dan seterusnya. Melatih vokal
di sini mirip seperti orang berlatih bernyanyi. Anda melatih membunyikan kata
dengan benar, dengan intonasi suara yang tepat dan dengan volume yang jelas di
dengar tanpa harus terkesan berteriak.
5. Biasakan berbahasa yang baik dan benar
Dalam berbicara, ada kalanya kita memakai bahasa slang atau
bahasa pergaulan yang akrab. Ini merupakan hal yang biasa dilakukan jika
berbicara dengan teman akrab. Namun saya juga menyarankan agar Anda membiasakan
berbahasa yang baik dan benar, terutama ketika berbicara dengan orang lain.
Dengan membiasakan berbahasa yang baik dan benar, secara natural Anda akan
menjadi pembicara alami yang tutur katanya teratur, pilihan kalimatnya pas,
alur bicaranya terstruktur dan mudah dimengerti. Dengan demikian, setiap ada
kesempatan apapun untuk berbicara di depan umum, secara otomatis Anda dengan
mudah dapat melakukannya tanpa harus melakukan persiapan yang banyak.
Demikian beberapa tips sederhana yang dapat membantu Anda
melatih kemampuan berbicara di depan umum. Ingat, practice makes
perfect. Kemampuan berbicara di depan publik tidak dimiliki secara
tiba-tiba. Anda harus melatihnya, mempraktekkannya, dan terus mengasahnya sampai
akhirnya secara alami menjadi pembicara publik yang baik. Selamat mencoba.
Tujuh Tips Belajar Menulis Ala Jurnalis
2011 JUNE 6
by Muhammad Noer
Menulis pekerjaan yang gampang-gampang susah. Gampang karena
tinggal menuliskan apa yang terlintas di kepala Anda. Susah untuk menjadikannya
menarik dan mudah dibaca.
Terus terang saya tidak pernah belajar menulis secara
khusus. Apalagi ikut kelas penulisan atau sejenisnya. Ilmu yang saya pakai
sederhana. Biarkan ide mengalir lalu tuliskan segera. Bahasa kerennya, keep
your hand moving.
Walaupun demikian, semakin sering menulis, Anda akan
menyadari perbedaan antara tulisan berkualitas dan tidak. Anda juga mulai bisa
membedakan dengan jelas mana tulisan yang mudah dimengerti dan mana yang harus
mengernyitkan dahi.
Beruntung saya menemukan buku“Kalimat Jurnalistik –
Panduan Mencermati Penulisan Berita” karanganA. M. Dewabrata,
seorang mantan redaktur senior koran Kompas. Tulisan beliau membuka
wawasan baru buat saya terutama memahami mengapa berita atau artikel di media
massa ditulis dengan prinsip-prinsip dasar tertentu.
Meskipun buku ini sangat dekat dengan penulisan berita yang
menjadi sarapan sehari-hari para jurnalis, namun saya merasakan sangat
aplikatif dan bisa diterapkan dalam bentuk tulisan lainnya. Termasuk buat Anda
yang suka menulis blog.
Berikut intisari buku tersebut dalam 7 poin utama:
1. Kalimat Harus Jernih dan Komunikatif
Sebuah tulisan terutama yang bersifat berita haruslah jernih
sekaligus komunikatif. Jernih dalam arti mudah dipahami dan tidak menimbulkan
multi tafsir. Komunikatif dalam arti mampu berbicara kepada pembaca yang tidak
menyaksikan langsung sebuah kejadian.
Karena itu, tulisan harus dibuat runtut, sesuai nalar, dan
menggunakan bahasa yang lazim dipakai masyarakat banyak. Dengan cara tersebut,
pembaca akan mudah mengerti dan mengambil kesimpulan dari
berita/artikel/tulisan yang dibaca. Termasuk di dalamnya menggunakan kalimat
yang singkat dan efektif.
2. Susunan Kalimat Tidak Harus Teratur
Masih ingat dengan pelajaran bahasa Indonesia dulu? Salah
satu bagian yang paling saya ingat adalah struktur S-P-O-K (Subjek, Predikat,
Objek, Keterangan). Inilah susunan baku dalam bahasa kebanggaan kita.
Walaupun demikian, sebuah tulisan jurnalistik boleh
mengabaikan susunan tersebut. Ini dilakukan dengan alasan utama untuk
menjernihkan maksud dari sebuah kalimat.
Jika kalimat hanya sesederhana “Saya membeli buku di pasar.”
tentu tidak sulit memahaminya. Akan tetapi jika sudah beranak cucu bahkan cicit
akan sulit dipahami pembaca.
Salah satu tips penting adalah menempatkan keterangan dekat
dengan yang diterangkan. Atau Anda juga bisa mengubah posisi keterangan di
depan.
Berikut contoh yang saya kutip dari buku tersebut: “Saya dan
sanak saudara dari ibuku membersihkan kebun dari pagi hingga siang sedangkan
adikku bersama teman-temannya dari Akademi Perhotelan Alengkadiraja makan nasi
goreng dan minum sirup jambu kemarin di rumah nenek dekat warung Nyak Arum.”
Perhatikan bahwa “kemarin” dan “di rumah nenek dekat warung
Nyak Arum” adalah keterangan waktu dan keterangan tempat yang berfungsi
menjelaskan seluruh kejadian. Namun kalimat tersebut berpotensi salah tafsir
ketika pembaca mengira hanya “adikku bersama teman-temannya yang berada di
rumah nenek”. Sedangkan “saya dan sanak saudara membersihkan kebun entah di
mana.”
Secara sederhana kalimat tadi bisa diperbaiki:
“Kemarin, di rumah nenek dekat warung Nyak Arum, Saya dan
sanak saudara dari ibuku membersihkan kebun dari pagi hingga siang sedangkan
adikku bersama teman-temannya dari Akademi Perhotelan Alengkadiraja makan nasi
goreng dan minum sirup jambu.”
Kemungkinan pembaca tersesat menjadi lebih kecil. Dengan
mudah pembaca akan mengetahui bahwa kemarin di rumah nenek yang kebetulan dekat
warung Nyak Arum ada dua kejadian. Kejadian pertama saya membersihkan kebun
bersama saudara. Dan kejadian kedua adikku makan nasi goreng dan minum sirup
jambu bersama temannya.
3. Sesuai Nalar dan Logika
Membaca adalah proses mencerna dan memahami. Terdapat nalar
dan logika di sana. Seorang penulis yang baik akan membuat tulisan yang sesuai
nalar dan logika. Diantaranya adalah hubungan sebab akibat yang secara langsung
atau tidak langsung terdapat dalam sebuah kalimat.
Perhatikan contoh berikut: “Politisi sipil sekarang banyak
yang mengincar militer untuk dicalonkan menjadi kandidat presiden. Ini
membuktikan gagalnya pemerintahan sipil.”
Kalimat pertama mungkin sudah benar. Tapi kalimat kedua
terasa tidak “nyambung”. Apakah banyaknya calon dari militer mengindikasikan
gagalnya pemerintahan sipil? Belum tentu. Bisa ya, bisa tidak. Ada logika yang
tidak lengkap di sana.
4. Akurasi
Sebuah tulisan harus akurat, terlebih jika menulis berita
yang dijadikan rujukan banyak pembaca. Bayangkan jika Anda menulis berisi fakta
yang salah, maka kredibilitas akan dipertaruhkan.
Tidak hanya itu, fakta yang tidak akurat bisa membuat
informasi dipahami dengan keliru. Akibatnya sebuah berita bukannya menjernihkan
permasalahan, malah membuat semakin keruh.
Jadi, jika Anda menulis menggunakan fakta dan data, pastikan
terlebih dahulu kebenarannya. Jika ragu, konsultasikan kepada pemilik fakta dan
data.
Jangan lupa berikan atribusi kepada sumber berita agar
pembaca mengetahui siapa yang mengatakan dan dalam konteks apa dikatakan. Ini
penting untuk menjadi penulis yang bertanggung-jawab.
Termasuk jika Anda mengutip dari buku atau blog lain,
cantumkan sumber rujukan yang dipakai.
5. Hukum DM dan MD
Masih ingat pelajaran ini? Diterangkan-Menerangkan atau
Menerangkan-Diterangkan? Secara umum bahasa Indonesia menggunakan pola
Diterangkan Menerangkan. Frasa “rumah makan” adalah rumah tempat orang makan.
“Rumah” adalah kata yang diterangkan sedangkan “makan” berfungsi menerangkan
rumah seperti apa yang dimaksud.
Namun dalam kalimat tulisan dan berita hukum DM bisa lebih
rumit ketika yang bergabung tidak hanya kata+kata seperti contoh di atas. Bisa
juga yang terjadi adalah kata+frasa, kata+klausa, frasa+frasa, klausa+klausa,
atau kombinasi lainnya.
Ketika ini terjadi maka tak jarang pembaca menjadi tersesat
dalam sebuah kalimat. Untuk itu tempatkanlah sesuatu yang menerangkan dekat
dengan yang diterangkan.
Jika perlu, tempatkan yang menerangkan di depan yang
diterangkan jika hal tersebut menghindari kerancuan.
6. Gunakan Kata “Kecuali” dan “Tidak” Secara Tepat
Kata “kecuali” berfungsi menyisihkan sesuatu dari kelompok.
Sedangkan kata “tidak” berfungsi menegasikan sesuatu.
Perhatikan contoh sederhana berikut:
“Saya bersedia kau ajak ke mana saja, kecuali ke tempat
judi.”
“Kecuali ke tempat judi, saya bersedia kau ajak ke mana
saja.”
Kedua kalimat bisa dipakai dan mudah dipahami. Akan tetapi
secara kejernihan, kalimat kedua lebih baik. Alasannya, pada bagian pertama
kalimat disebutkan saya bersedia diajak ke mana saja. Ini menunjukkan sebuah
cakupan. Kemudian dikecualikan tempat judi. Dengan demikian seolah-olah saya
mau kemanapun, lalu dikecualikan tempat tertentu.
Pada kalimat kedua sesuatu yang dikecualikan sudah
disisihkan di awal. Kemudian sisanya baru menyebutkan kesediaan untuk kemana
saja selain yang sudah disisihkan di awal tadi.
Perhatikan contoh berikutnya:
“Saya tidak suka naik mobil sedan berwarna merah.”
Sepertinya kalimat tersebut mudah. Namun bisa menciptakan
multi interpretasi:
Saya tidak suka naik mobil sedan, tapi mau naik mobil jenis
lainnya.
Saya hanya tidak suka naik mobil sedan yang berwarna merah,
tapi mau naik sedan yang berwarna lain.
Untuk itu tempatkan kata “tidak” sedekat mungkin dengan yang
dinegasikan. Prinsip umum kata “tidak” atau “bukan” menegasikan sesuatu yang
terdekat setelah kata itu.
Kalimat di atas bisa diperbaiki sesuai maksud sebenarnya
yang dikendakai penulis misal:
Saya mau naik mobil bukan sedan berwarna
merah (mungkin mau naik truk dan warnanya apa saja).
Saya mau naik mobil sedan bukan berwarna
merah (mungkin mau naik sedan berwarna putih atau hitam).
7. Memilih Kata Dengan Luwes
Pemilihan Kata (diksi) sangat penting untuk memberikan
“rasa” atas apa yang dituliskan. Dalam konteks penulisan, pemilihan kata
didasarkan untuk memperjelas, memperkuat dan membuat efektif apa yang ditulis.
Pemilihan kata sebaiknya juga sesuai dengan nalar umum.
Oleh karena itu frasa “tambah pendek” kurang pas dengan
nalar. Bagaimana mungkin sesuatu yang bertambah menjadi pendek bukannya
panjang? Frasa makin pendek atau memendek akan lebih tepat.
Kata “mengatakan” memiliki padanan diantaranya: menyebutkan,
menyampaikan, mengungkapkan, menjawab, menyatakan, membenarkan, menegaskan dan
sebagainya. Lalu mana yang harus dipilih?
Pilihlah yang memiliki makna paling dekat. Jika yang dikatakan
bersifat memperkuat apa yang sudah diketahui sebelumnya, bisa menggunakan kata
“menegaskan”.
Jika sesuatu yang dikatakan mengangkat ke permukaan apa-apa
yang sudah dilupakan atau diabaikan orang, maka pilihlah “mengungkapkan”.
Jika yang dikatakan berupa jawaban atas sebuah pertanyaan,
gunakan kata “menjawab”.
Dengan cara ini, pembaca akan dapat menangkap lebih jelas
pesan yang dimaksud seorang penulis.
Penutup
Itulah tujuh poin menulis ala jurnalis yang dapat Anda
pelajari dari buku Kalimat Jurnalistik. Ada banyak pelajaran berharga dari buku
tersebut yang bisa Anda pelajari untuk menulis lebih baik dan lebih jernih.
Semoga bermanfaat buat Anda semua para jurnalis, penulis,
blogger dan pembaca di manapun berada. Mari jadikan setiap tulisan lebih jernih
dan bermakna.
Keep Your Hand Moving
2011 MAY 9
by Muhammad Noer
Menulis
itu mudah. Karena itu jangan dibuat susah. Lantas, mengapa banyak
orang kesulitan merangkai kata menjadi tulisan bermutu? Inilah yang dibahas
dalam buku panduan menulis karya Anwar Holid, seorang
penyunting, penulis, publisis sekaligus blogger. Resepnya simpel, just Keep
Your Hand Moving.
Sejak beberapa bulan lalu saya sudah berniat membaca buku
ini. Saya perlu memoles keterampilan menulis. Terutama bagaimana membuat
tulisan terasa renyah, menghibur, sekaligus memberi makna bagi pembaca.
Akhirnya niat itu kesampaian setelah berkunjung ke toko buku Toga Mas Surabaya
dan membacanya di Minggu sore yang tenang. Saya ingin berbagi pelajaran yang
saya dapatkan dari buku tersebut.
Apa yang dibahas buku ini?
Buku Keep
Your Hand Moving terbitan Gramedia ini memberikan Anda panduan
menulis, mengedit dan memolesnya. Buku ini lahir dari keinginan berbagi ilmu
kepenulisan. Lewat serangkaian workshop yang pernah dilakukan sebelumnya,
penulis merangkum dan meraciknya ke dalam buku setebal 160 halaman. Anda akan
belajar bagaimana menuangkan ide menjadi tulisan, mengeditnya agar lebih baik,
dan memolesnya sehingga nikmat dibaca.
Buku ini sangat berguna bagi penulis pemula terutama jika
Anda belum memahami kaidah menulis yang baik. Buat Anda yang sudah
berpengalaman akan terbantu bagaimana melakukan editing, revisi dan memoles
tulisan. Sebagai seorang penulis, Anda diajak belajar memahami jalan pikiran
seorang editor buku. Dengan demikian, Anda bisa bersahabat dengan
masukan-masukan editor sekaligus menjadikan buku yang susah payah Anda tuliskan
menjadi mantap dibaca.
Lantas, apa saja yang saya pelajari dari buku ini?
Berikut catatan ringkas buat Anda:
1. Biasakan menulis
Ini akan melemaskan saraf menulis Anda. Jangan takut tulisan
Anda jelek. Anda bisa mengeditnya nanti. Ikuti saran Natalie Goldberg,
pelopor Creative Writing, biarkan tangan Anda menulis. Jangan terlalu banyak
dipikir atau dikritisi. Jangan biarkan ide
Anda mati sebelum berkembang.
2. Sediakan waktu
Banyak orang bercita-cita ingin menulis, tapi tidak berusaha
menyediakan waktu untuk itu. Pilih waktu yang paling nyaman buat Anda lalu
menulislah. Ciptakan waktu terbaik
apakah pagi hari, tengah malam atau bisa juga di siang bolong.
3. Banyak membaca dan belajar
Membaca merupakan langkah awal sebelum menulis. Sebagian
pembaca menulis dan semua penulis pasti membaca. Bacalah buku-buku
yang menarik perhatian Anda. Sesekali baca buku dari subjek yang berbeda untuk
memperkaya wawasan. Membaca membantu Anda mengembangkan ide dan memperkuat imajinasi.
Anda juga bisa meniru penulis favorit yang Anda sukai sekaligus mencontoh gaya
mereka. Perlahan tapi pasti Anda akan punya gaya sendiri yang unik.
4. Kuasai kaidah dasar penulisan
Sebagai penulis, tentu Anda bebas menuliskan apa saja. Namun
jika Anda ingin menjadi penulis berkualitas, kuasai dasar-dasar penting
penulisan. Beberapa diantaranya: gunakan ejaan yang baik (EYD), pastikan
koherensi antar kalimat, ciptakan kesatuan ide, dan buat tulisan mudah dicerna
pembaca.
5. Buat tulisan bernyawa
Tulisan hebat memiliki nyawa. Tulisan tersebut seolah-olah
hidup. Bisa dibayangkan sekaligus dirasakan. Salah satu caranya, miliki hasrat
yang kuat ketika menulis. Manfaatkan ciri
khas dan keahlian Anda yang tidak dimiliki orang lain. Pilih kata
yang kuat, jelas, dan menarik. Gunakan kamus atau tesaurus untuk menuturkan hal
yang sama dengan cara berbeda. Masih bingung bagaimana cara membuat tulisan
bernyawa? Baca kembali buku favorit Anda dan rasakan apa yang menjadi ciri khas
dan daya tarik buku tersebut.
6. Edit tulisan
Banyak penulis jarang mengedit kembali apa yang sudah
ditulisnya. Sedikit buka rahasia, sebenarnya saya sering melakukan hal tersebut
di blog ini. Soalnya, saya punya target
selesai dalam 30 menit atau maksimal 1 jam saja. Ketika mengedit
tanyakan pada diri Anda, apakah tulisan tersebut sudah jelas, fokus, dan mudah
dimengerti? Apakah paragraf pembuka sudah menarik dan merangsang pembaca untuk
menuntaskan keseluruhan tulisan? Apakah ada kata-kata yang salah ketik, kalimat
yang terlalu panjang, ide yang tidak koheren satu sama lain? Praktek mengedit
yang biasa saya lakukan adalah membiarkan tulisan sekitar seminggu lalu
memeriksanya kembali. Ini membantu saya membuat jarak objektif terhadap tulisan
sendiri sekaligus menemukan bagian-bagian yang bisa dipercantik. Maklum, banyak
penulis suka narsis dan merasa draft pertama sudah hebat.
7. Jika perlu, lakukan revisi
Setelah tulisan selesai dan Anda merasa ada kesalahan
fundamental di sana, jangan takut melakukan revisi. Susun ulang kerangka
tulisan. Perjelas ide utama dan pesan yang ingin disampaikan. Tidak ada yang
salah merevisi tulisan sendiri jika memang itu pilihan terbaik.
8. Terbuka terhadap kritik
Penulis yang baik bersikap terbuka terhadap kritik. Mereka
bahkan memintanya. Setelah Anda selesai menulis dan merasa tulisan itu terbaik
sedunia, mintalah pendapat orang lain. Tanyakan istri, suami, teman atau pacar
Anda. Tanyakan kepada mereka, apa yang perlu saya perbaiki dari tulisan ini?
Tegarkan diri Anda untuk menerima kritik paling tajam sekalipun. Berprasangka
baik terhadap masukan orang lain dan manfaatkan untuk memoles tulisan Anda.
9. Menulislah
Salah satu nasihat bijak dalam menulis yang selalu saya
camkan adalah, just keep writing,menulislah. Semua penulis besar
awalnya penulis kecil dan amatiran seperti Anda. Yang berbeda hanya satu:
mereka terus menulis dan menulis. Untuk memaksa menulis, sayabelajar
mengatasi mood. Jadi tidak peduli apakah
sekarang lagi panas terik atau hujan lebat. Juga tidak masalah apakah Anda
menulis di ruang kerja yang nyaman, duduk di kafe, atau trotoar pinggir
jalan. No excuse.
Itulah beberapa pelajaran berharga dari buku ini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar